Pada
umunya pewarnaan sampel sputum berguna untuk mengidentifikasi kuman BTA. Kuman
BTA, salah satunya Mycobacterium sp,
memiliki sejumlah besar zat lipodial (berlemak) di dalam dinding selnya
sehingga menyebabkan dinding sel tidak permeabel terhadap zat warna umum
sehingga sel bakteri diwarnai dengan metode pewarnaan khusus, yang disebut
pewarnaan tahan asam.
Sekali sitoplasma terwarnai, maka sel-sel organisme seperti
mikobakteri menahan zat warna tersebut dengan erat artinya tidak terpucatkan
sekalipun oleh zat yang bersifat keras
seperti asam alkohol (yaitu 3% HCL dalam etanol 95%). Alkohol asam ini merupakan pemucat yang sangat intensif dan jangan
dikelirukan dengan alkohol-aseton yang banyak digunakan dalam prosedur
pewarnaan Gram. Kondisi pewarnaan ini,
organisme yang dapat menahan zat warna itu dikatakan tahan asam dan
tampak merah. Bakteri biasa yang
dindingnya tidak bersifat terlampau lipoidal, pewarna karbol fuksin yang
mewarnai sel dapat dengan mudah dipucatkan oleh alkohol-asam dan karenanya
dikatakan tak tahan asam. Tercucinya karbol fuksin dapat diperagakan oleh terserapnya pewarna tandingan biru metilen
oleh sel, sehingga bakteri tersebut tampak biru.
Terdapat beberapa metode pewarnaan
tahan asam yang tersedia dalam laboratorium klinik. Semua didasarkan pada
prinsip yang sama, dengan perbedaan penting dalam rincian protokol pewarnaannya
. Secara umum, semua metode memerlukan pembuatan apusan yang tipis, pengeringan
di udara , dan fiksasi dengan panas. Apusan dialiri oleh zat warna primer
penetrative, didekolorisasi dengan suatu reagen yang mengandung asam mineral
kuat, dan diberi warna tandingan dengan zat warna kedua.
a.
Pewarnaan
Tan Thiam Hok (Pewarnaan Kinyoun & Gabbet).
Pewarnaan
Kinyoun & Gabbet berbeda dari Ziehl-Neelsen yaitu bahwa tidak diperlukan
pemanasan terhadap warna primer (Larutan Kinyoun). Digunakan reagen
fuksin-karbol yang lebih pekat sehingga zat warna dapat menembus mikroba
sehingga tidak diperlukan pemanasan.
1) Larutan Kinyoun (fuchsin basis 4g,
fenol 8ml, alkohol 95% 20ml, H2O destilata (100ml) dituang pada permukaan
sediaan
2) Didiamkan selama 3 menit, kemudian
kelebihan zat warna dibuang dan dicuci dengan air yang mengalir perlahan.
3) Selanjutnya larutan Gabbet
(methylene blue 1g, H2SO4 96% 20ml, alkohol absolut 30ml, H2O destilata 50ml)
dituang pada permukaan sediaan,
4) Didiamkan 1 menit kemudian kelebihan
zat warna dibuang dan dicuci dengan air yang mengalir perlahan, kemudian
sediaan dikeringkan di udara
5) Setelah kering, sediaan dibaca
dibawah mikroskop cahaya.
b. Pewarnaan Ziehl-Neelsen
Pewarnaan
Ziehl-Neelsen merupakan prosedur
pewarnaan tahan asam yang paling tua, pewarnaan Ziehl-Neelsen mensyaratkan
bahwa pewarna primer fuksin-karbol dipanasi sampai beruap selama proses
pewarnaan. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan lapisan lilin pada dinding sel
kuman basil tahan asam, sehingga zat warna utama fuksin-karbol dapat mewarnai
dinding sel bakteri basil tahan asam. Apabila sekali diwarnai dengan
fuksin-karbol, warna ini akan
tetap tahan terhadap upaya penghilangan zat warna tersebut dengan larutan asam
– alkohol.
Walaupun, ditambah methylen blue, warna merah pada dinding sel
basil tahan asam akan tetap bertahan. Penambahan methylen blue berfungsi
sebagai background biru pada preparat.
1) Larutan carbol fuchsin 0,3% dituang
pada seluruh permukaan sediaan,
2) Kemudian difiksasi diatas nyala api
sampai keluar asap tetapi tidak sampai mendidih atau kering.
3) Sediaan kemudian dibiarkan dingin
selama 5-7 menit lalu kelebihan zat warna
dibuang
4) Dicuci dengan air yang mengalir
perlahan.
5) Setelah itu larutan asam alkohol 3%
(hydrochloric acid-ethanol) dituang pada sediaan dan dibiarkan 2-4 menit
6) Dicuci dengan air mengalir selama
1-3 menit, kelebihan larutan dibuang.
7) Larutan methylene blue 0,1% dituang sampai
menutup seluruh permukaan, dibiarkan 1 menit lalu larutan dibuang
8) Dicuci dengan air mengalir, kemudian
sediaan dikeringkan di udara.
9) Setelah kering, sediaan dibaca
dibawah mikroskop cahaya
c. Pewarnaan Fluorokrom
Pewarnaan
fluorokrom memerlukan mikroskop yang dilengkapi untuk pencahayaan ultraviolet
atau halogen quartz. Metode pewarnaan fluorokrom bukanlah suatu prosedur
antibody fluoresen. Pewarna pimer adalah campuran zat warna auramin O dan
rodamin B dalam karbol/gliserol. Zat dekolorisasi adalah asam
hidroklorida/etanol yang tidak sekuat pada prosedur Ziehl-Neelsen atau Kinyoun
dan zat warna tandingannya adalah larutan kalium permanganate yang
menghilangkan fluoresensi latar. Keunggulan pewarnaan fluorokrom adalah
sensitivitasnya yang lebih tinggi.
1) Sediaan direndam didalam larutan
Auramine (Merck)
2) Dibiarkan selama 15 menit, kemudian
dicuci dengan air bebas klorin atau H2O destilata dan dikeringkan.
3) Sediaan direndam didalam asam
alkohol, dibiarkan selama 2 menit, dicuci dengan H2O destilata dan
dikeringkan.
4) Setelah itu sediaan direndam didalam
kalium permanganat 0,5%, dibiarkan selama 2 menit, dicuci dengan H2O
destilata dan dikeringkan di udara
5) Setelah kering, sediaan dibaca di
bawah mikroskop UV
Terima kasih :))))
Daftar Pustaka :
Sacher & McPherson. 2004.Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Edisi ke-11. Jakarta : EGC
No comments:
Post a Comment